PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID-19
Pada hari sabtu, 7 November 2020 SMA Muhammadiyah Mlati mengadakan pengimbasa guru sejawat dengan narasumber Bpk Deny Hadi Siswanto, S.Pd., selaku waka Kurikulum SMA Muhammadiyah Mlati dengan tema “Pembelajaran Dimasa Pandemi Covid-19. Kegiatan tersebut diikuti oleh bapak/ibu guru maupun tenaga pendidik di SMA Muhammadiyah Mlati. Materi yang diimbaskan yaitu meliputi: konsep Pembelajaran Jarak Jauh, konsep Kurikulum pada Kondisi Khusus, konsep Asesmen Diagnosis Awal, Model Pembelajaran Jarak Jauh, dan Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran Jarak Jauh.
Pembelajaran jarak jauh diterapkan sejak bulan Maret 2020. Itu artinya, hampir lima bulan sudah siswa belajar dari rumah. Kondisi yang berbeda dari keadaan normal ini membuat guru di seluruh Indonesia menghadapi sejumlah tantangan dalam melaksanakan pembelajaran jauh. Apa saja tantangan tersebut?. Tantangan pembelajaran jarak jauh bukanlah suatu hal yang harus dikeluhkan terus menerus. Alangkah lebih baik apabila kita sebagai pendidik berusaha mencari solusi terbaik yang tidak membebani siswa, guru dan orang tua sehingga dapat memberikan pengalaman belajar jarak jauh yang bermakna. Bagaimana merancang pembelajaran jarak jauh yang bermakna? Langkah awal yang perlu diperhatikan ialah mengetahui mengapa kita perlu melakukannya. Apa tujuan, prinsip dan pendekatan pembelajaran jarak jauh?
Memasuki materi pertama yaitu tentang pembelajaran jarak jauh atau lebih tenarnya bisa disebut dengan PJJ, Pembelajaran jarak jauh membuat kita mengerti bahwa proses belajar tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh guru. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran jarak jauh yang bermakna. Bermakna dalam artian relevan secara konteks dan konten dengan kehidupan siswa. Lantas, bagaimana merancang pembelajaran jarak jauh yang dapat mengembangkan kompetensi siswa? Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari kunci memfasilitasi Pembelajaran Jarak Jauh bermakna dengan Cara 5M. Apa itu Cara 5M? Cara 5M adalah pilihan cara untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan dan melibatkan siswa, orangtua maupun komunitas. Cara 5M terdiri dari: memanusiakan hubungan, memahami konsep, membangun keberlanjutan, memilih tantangan, memberdayakan konteks.
Materi yang kedua yaitu tentang konsep kurikulum pada kondisi khusus. Sepanjang masa Pembelajaran Jarak Jauh ini, masih banyak siswa yang mengaku bosan dan kelelahan. Banyak siswa mengeluh jika mereka dibebani berbagai tugas dari berbagai mata pelajaran, sehingga tidak sempat beristirahat. Jam sekolah terasa lebih melelahkan dibandingkan jam sekolah sebelum masa pandemi. Tugas menumpuk, kurang paham konsep namun terpaksa harus melakukan ujian, kalau tidak ingin kehilangan nilai. Nilai pas-pasan, kalau kurang masih harus ikut remedial. Di sisi lain guru-guru juga mengeluh, sudah berusaha mati-matian mengajar dan memberi tugas agar siswa tidak ketinggalan materi pelajaran dan dapat lulus dengan nilai yang minimal sesuai target KKM. Namun masih saja beban kurikulum ini seperti kurang realistis diterapkan pada masa darurat seperti ini. Mana mungkin target kurikulum normal ini dapat dicapai dengan sempurna. Semakin berat saja rasanya beban guru. Perlu diakui, gambaran ini merupakan persoalan umum yang dirasakan oleh sebagian besar siswa dan guru pada masa Pembelajaran Jarak Jauh saat pandemi Covid-19. Apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi tantangan ini?. Yang pertama yaitu kenali profil murid terlebih dahulu sebelum melakukan pembelajaran jarak jauh, kedua yaitu cek Kompetensi Inti yang ditetapan untuk Mata Pelajaran di tiap jenjang kelas, ketiga yaitu cek Kompetensi dasar yang ditetapan untuk Mata Pelajaran di tiap jenjang kelas berdasarkan kurikuum pada kondisi khusus, keempat yaitu menetapkan tujuan kompetensi yang menggabungkan pengetahuan dan keterampilan pada KD 3 dan KD 4, kelima yaitu rencanakan asesmen sumatih, keenam yaitu tentukan aktivitas belajar yang sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai, ketujuh yaitu menentukan cakupan dan konteksnya.
Materi ketiga yaitu tentang konsep Asessmen Diagnosis. Selama masa Pembelajaran Jarak Jauh, pengelolaan kelas yang kondusif menjadi perkara yang sangat menantang. Keadaan dimana guru dan siswa tidak dapat bertatap muka secara langsung, tidak memungkinkan guru untuk menjalani fungsi kontrol seperti ketika di dalam kelas. siswa terlihat tidak termotivasi untuk belajar jarak jauh secara daring, pembelajaran di rumah dimana siswa melakukan pembelajaran secara mandiri juga sudah dikontrol, bagaimana guru dapat mengetahui kesulitan dan pencapaian siswa? Belum lagi setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, keadaan keluarga yang beragam, dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang sudah diajari berkali-kali masih belum paham materi, sedangkan ada siswa yang sekali diajari sudah langsung bisa. Ada siswa-siswa yang tidak terpantau tugas-tugasnya di rumah karena orang tuanya sibuk bekerja. Ada siswa yang sering melewati kelas daring karena alasannya gawainya dipakai bergantian dengan kakak dan adiknya. Ada siswa yang tidak punya pulsa. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengadakan asessmen diagnosis dimana yang akan di bahas tentang sessmen diagnosis non kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. Dalam pelaksanaan yang dilakukan pertama kali yaitu guru melakukan asessmen diagnosis non kognitif dimana dalam pelaksanaannya guru meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah serta menjelaskan aktivitasnya, jika hasil asessmen diagnosis non kognitif tersebut dikatakan baik, guru dapat melakukan kegiatan awal atau persiapan melakukan asesmen diagnosis kognitif dimana guru dapat membuat jadwal dan atau menyusun beberapa soal sesuai kelasnya, setelah itu guru memberikan soal tersebut kepada siswa untuk dikerjakan
Materi keempat yaitu tentang model pembelajaran jarak jauh. Selama masa darurat pandemi Covid-19, Pembelajaran jarak jauh seringkali disalah artikan sebagai pembelajaran daring atau online. Padahal Pembelajaran jarak jauh pada dasarnya tetap dapat dilaksanakan baik secara daring maupun luring (luar jaringan). Sementara berbagai keragaman kondisi termasuk sosial ekonomi dan kondisi geografis di Indonesia, terkadang tidak memungkinkan dilaksanakannya metode pembelajaran jarak jauh secara daring sehingga pembelajaran jarak jauh tidak dapat berjalan dengan efektif. Melihat perbedaan peta sebaran Covid-19 yang berbeda di berbagai wilayah di Indonesia, pembelajaran jarak jauh juga tidak memungkinkan pelaksanaan PJJ dengan model yang sama. Pada dasarnya berbagai model pembelajaran jarak jauh yang dapat diadaptasi selama masa pandemi, digolongkan ke dalam tiga kategori. Pembelajaran jarak jauh secara luring, pembelajaran jarak jauh secara daring, dan pembelajaran jarak jauh secara terpadu. Apa yang membedakan ketiganya?yaitu dapat berupa luring (tidak menggunakan jaringan internet seperti: TV, radio, modul belajar mandiri, LKPD, Bahan ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda dilingkungan sekitar), daring (dengan menggunakan aplikasi untuk pembelajaran dan menggunakan LMS (Learning Management System), Terpadu (menggunakan aplikasi untuk pembelajaran, menghadirkan interaksi dengan guru secara luring/ daring dan menerapkan sesi sinkron dan asinkon dalam pembelajaran.